PENENTUAN HARGA TRANSFER
tugas ke 10
Harga
transfer dapat didasarkan pada biaya selisih kenaikan atau harga pasar.
Pengaruh lingkungan atas harga transfer juga menimbulkan sejumlah pertanyaan
mengenai metodologi penentuan harga. Prinsip wajar atau harga transfer
antarperusahaan dengan mengandaikan transaksi itu terjadi antarpihak yang tidak
berhubungan instimewa di pasar yang kompetitif. Menurut undang-undang Pajak
Penghasilan di AS terdapat metode-metode:
1. Metode Harga yang Tidak Terkontrol Setara
Berdasarkan metode ini harga transfer ditentukan dengan mengacu pada harga yang digunakan dalam transaksi setara antara perusahaan yang independent atau setara perusahaan dengan pihak ketiga yang tidak berkaitan.
2. Metode Transaksi Tidak Terkontrol yang Setara
Metode ini diterapkan untuk pengalihan aktiva tidak berwujud. Metode ini mengidentifikasikan tingkat royalty acuan dengan mengacu pada transaksi yang tidak terkontrol di mana aktiva tidak berwujud yang sama atau serupa dialihkan. Sebagaimana metode harga tidak terkontrol yang setara, metode ini bergantung pada perbandingan pasar.
3. Metode Harga Jual Kembali
Metode ini menghitung harga transaksi yang wajar yang diawali dengan harga yang dikenakan atas penjualan barang yang dimaksud kepada pembeli yang independent. Margin yang memadai untuk menutup beban dan laba nomal kemudian dikurangkan dari harga ini untuk memperoleh harga transfer antarperusahaan.
4. Metode Penentuan Biaya Plus
Metode ini berguna apabila barang semi jadi dialihkan antarperusahaan afiliasi luar negeri atau jika suatu entitas merupakan sub kontraktor bagi perusahaan lain.
5. Metode Laba Sebanding
Metode ini mendukung pandangan umum yang menyatakan bahwa pembayar pajak yang menghadapi situasi yang mirip harusnya memperoleh imbalan yang mirip pula selama beberapa periode waktu tertentu.
6. Metode Pemisahan Laba
Metode ini digunakan jika acuan produk atau pasar tidak tersedia. Metode ini mencakup pembagian laba yang dihasilkan melalui transaksi dengan pihak berhubungan istimewa yaitu antara perusahaan afiliasi berdasarkan cara yang wajar.
7. Metode Penentuan Harga Lainnya
Metode ini dapat digunakan jika menghasilkan ukuran harga wajar yang lebih akurat.
PRAKTIK HARGA TRANSFER
Dalam praktiknya, beberapa metode penentuan harga transfer digunakan bersamaan. Factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode harga transfer antara lain tujuan perusahaan: apakah tujuannya adalah mengelola beban pajak, atau mempertahankan posisi daya saing perusahaan, atau memprromosikan evaluasi kerja yang setara.
MASA DEPAN
Teknologi dan perekonomian global menimbulkan tantangan sendiri bagi banyak prinsip-prinsip yang mendasari perpajakan internasional, bahwa setiap setiap bangsa memiliki hak menentukan untuk dirinya sendiri seberapa banyak pajak yang dapat dikumpulkan dari rakyatnya dan kalangan usaha yang ada di dalam wilayahnya. Namun, pemerintah di seluruh dunia mengharuskan metode penentuan harga transfer pada prinsip harga wajar. Yaitu, perusahan multinasional di Negara berbeda dikenakan pajak seakan-akan mereka adalah perusahaan independent yang beroperasi secara wajar dari satu sama lain. Perhitungan harga wajar tidak relevan karena semakin sedikit perusahaan yang beropreasi dengan cara ini. Efeknya bagi perpajakan nasional, kerjasama dan pembagian informasi yang makin erat antara otoritas pajak di seluruh dunia. Kompetisi pajak juga semakin besar. Internet membuat upaya mengambil keuntungan dari Negara surga pajak semakin mudah. Pajak tunggal juga digunakan sebagai alternative untuk menggunakan harga transfer dalam menentukan penghasilan kena pajak.
Hal yang diperhatikan dalam pembentukan organisasi yang di dalamnya akan timbul harga transfer dan hubungannya dengan proses sistem pengendalian manajemen adalah:
* Menetapkan tujuan yang selaras antara divisi dan perusahaan. Dalam arti bahwa manajer divisi mengambil keputusan yang akan memaksimumkan laba perusahaan dengan memaksimumkan laba divisinya.
* Menetapkan otonomi tiap divisi. Agar nantinya terjaga otonomi divisi, dalam arti tidak ada campur tangan manajemen puncak terhadap kebebasan manajer divisi dalam pengambilan keputusan
* Penyerahan kekuasaaan berdasarkan pada kemampuan untuk menyerahkan tanggungjawab dari keuntungan. Tanggungjawab keuntungan tidak dapat diserahkan dengan aman kecuali dua kondisi ada yaitu orang yang menyerahkan memiliki seluruh informasi relevan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan keuntungan yang optimum dan performa orang yang menyerahkan diukur melalui bagaimana ia dengan baik membuat trade-off biaya atau pendapatan. Oleh karena itu, idealnya organisasi harus mencari orang-orang yang berkompeten dalam negoisasi dan arbitrasi dari harga transfer.
* Dua keputusan yang meliputi perancangan sistem harga transfer. Pertama adalah keputusan sourcing: haruskah perusahaan memproduksi sendiri atau harus membelinya dari luar atau pemasok? Yang kedua adalah keputusan harga transfer: pada harga berapa produk harus ditransfer antar pusat laba? Idealnya, harga transfer kurang lebih seperti harga pasar, dengan penyesuaian agar tidak ada biaya yang muncul selama transfer dalam perusahaan.
* Jika kompetisi harga tidak terjadi, harga transfer mungkin akan ditetapkan dengan dasar biaya ditambah laba, meskipun beberapa harga transfer mungkin akan lebih rumit untuk dihitung dan hasilnya kurang memuaskan bila berdasar pada harga pasar. Biaya transfer dapat dibuat pada standar biaya ditambah profit margin, atau dengan menggunakan sistem dari dua langkah penetapan harga.
* Metode negoisasi harga transfer harus berada ditempatnya dan di sana harus ada mekanisme arbitrasi untuk penyelesaian perdebatan, tetapi susunannya jangan terlalu susah supaya manajemen tidak terlalu mencurahkan perhatian berlebih yang bisa mengakibatkan jumlah waktu harga transfer jadi tidak semestinya.
* Terdapat beberapa contoh yang mungkin terjadi pada organisasi kompleks secara lengkap memuaskan sistem harga transfer. Sama dengan banyak pilihan desain pengendalian manajemen, perlu untuk memilih yang paling baik dari beberapa aksi bagian yang hampir sempurna. Sesuatu yang penting adalah menyadari area yang tidak sempurna dan memastikan prosedur administrasi dipekerjakan untuk menghindari keputusan suboptimum.
Istilah HT ini
dijumpai pada perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat laba dan
antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang/jasa.
Adanya transfer
barang dan jasa dihubungkan dengan proses deferensiasi bisnis dan karena perlunya
integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.
Diferensiasi
bisnis = diversifikasi à jalan
yang dibuat seorang manajemen saat ia menghadapi banyak ketidakpastian,
sehingga resiko bisnis meningkat, sehingga untuk menurunkan resiko, ia membuat
diversifikasi.
Misalnya :
Perusahaan semen yang berkembang mempunyai 2 alternatif :
Alternatif 1 : Terus menginvestasikan dana di usaha semen
Alternatif 2 : Melakukan diversifikasi pada industri
lain yang berlainan dengan bisnis sebelumnya (bisnis semen)
Diversifikasi
biasa ditempuh melalui proses divisonalisasi (proses pembentukan divisi-divisi
yang berperan sebagai pusat laba, yang diserahi fungsi produksi, pemasaran dan
diberi tanggung jawab untuk hasilkan laba yang sepadan dengan investasi yang
ditanam dalam bisnis divisi)
Peran Harga Transfer :
- Harga Transfer MEMPERTEGAS DIVERSIFIKASI
HT menetapkan dengan tegas hak masing-masing menajer divisi uyntuk
mendapatkan laba. Tiap-tiap divisi yang terlibat merundingkan unsure-unsur yang
membentuk HT, karena unsure-unsur tersebut akan berdampak terhadap laba yang
pada akhirnya laba tesebut digunakan untuk mengukur kinerja divisi
- HT SEBAGAI ALAT UNTUK MENCIPTAKAN MEKANISME INTEGRASI
Manajemen puncak dapat mewajibkan suatu divisi untuk memilih sumber
pengadaan dari divisi lain dalam perusahaan ketimbang dari luar perusahaan,
hanya jika hal ini bisa menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Dengan
adanya kebijakan manajemen puncak ini, manajer divisi yang terlibat dipaksa
untuk merundingkan HT yang adil bagi divisi yang terlibat.
KONSEP HT :


HT
Arti Sempit à Harga produk / jasa yang ditransfer antar pusat
laba dalam 1 perusahaan.
Dalam transfer barang / jasa ada 2 macam keputusan :
- Keputusan Pemilihan Sumber / Sourcing Decision
à Keputusan
mau membeli sumber dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan
- Keputusan Penentuan HT / Transfer
Pricing Decision
à Jika dipilih keputusan membeli dari dalam, akan timbul keputusan
berikut : “Pada harga berapa HT diterapkan ?”
KARAKTERISTIK HT
:
1.
Masalah HT timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya
berdasarkan laba divisinya.
Perusahaan yang dibentuk berdasarkan divisi-divisi akan dinilai
kinerjanya berdasarkan laba yang diperoleh, maka manajer pusat laba sangat
peduli terhadap factor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan laba, termasuk di dalamnya penentuan HT (baik bagi divisi
pembeli/penjual).
Jika beli, gak mau menanggung rugi akibat ketidakefisienan divisi
penjual
Jika jual, gak mau jual terlalu murah, hanya karena alasan masih
dalam satu perusahan
2.
HT SELALU MENGANDUNG UNSUR LABA
Bagi divisi penjual, HT merupakan pendapatan yang pada gilirannya
merupakan unsure laba yang dipakai sebagai dasar penilaian kinerja, sehingga
adanya transfer barang ke divisi pembeli harus mengandung unsur biaya di
dalamnya
3.
HT MERUPAKAN ALAT MEMPERTEGAS DIVERSIFIKASI, SEKALIGUS
MENGINTEGRASIKAN DIVISI YANG DIBENTUK
à Proses pembentukan HT memberi kesempatan kepada manajer divisi yang
terkait untuk merunding semua unsure pembentuk HT, karena unsure ini akan mempengaruhi
besar kecilnya laba.
à Dengan HT, divisi yang telah dibentuk dianggap sebagai perusahaan
“independent” yang melakukan nego penetapan harga barang yang ditransfer antar
divisi tersebut.
PENENTUAN HT BERDASARKAN BIAYA
- Berdasarkan biaya penuh produk yang ditransfer, yang dapat dipilih antara biaya penuh riil dan biaya penuh standart.
- Bila biaya riil yang dipilih, ada kemungkinan tejadi ketidakefisienan divisi penjual dibebani ke divisi pembeli (karena biaya penuh divisi penjual mengandung pemborosan) à Biaya ini tidak baik digunakan sebagai dasar penetapan HT
- Bila biaya penuh standart yang dipilih, hal di atas dapat dihindari karena biaya standart mencerminkan operasi terbaik dengan biaya yang seharusnya dibebani oleh divisi penjual.
Tapi biaya standart ini akan
membuat keenganan divisi penjual untuk memperbaiki efisiensi produksi, karena
jika efisiensi ditingkatkan, HT menjadi kecil dan akhirnya laba yang dihasilkan
divisi penjual turun à
kinerja turun.
Untuk mamcu divisi penjual untuk melakukan efisiensi, penurunan
biaya standart sebagai hasil perbaikan efisiensi, biaya stndart tidak langsung
digunakan sebagai dasar penentuan HT, tetapi dalam waktu tertentu, divisi
penjual diberi kesempatan untuk menikmati tambahan laba akibat efisinesi,
sehingga penlaian kinerja naik.
Yang Harus
Diperhatikan Jika BIAYA dijadikan sebagai dasar penentuan HT
- Metode Penentuan HT harus mendorong divisi penjual senantiasa melakukan perbaikan efiensi dan produktivitasnya
- Jika terjadi ketidakefisienan pada divisi penjual, tidak boleh dialihkan ke divisi pembeli melalui HT
- Untuk menentukan HT, harus ada aturan, oleh sebab itu tiap ada transfer barang harus dilakukan melalui negoisasi
Rumus Umum HT
HT = Biaya Penuh** + Laba
y% x aktiva penu (aktiva lancar + tidak
lancar)
**) Biaya Penuh
bisa memakai 3 pendekatan :
1. Pendekatan Full Costing
2. Pendekatan Variabel Costing
3. Pendekatan ABC
JIKA GUNAKAN PENDEKATAN FULL
COSTING
OKKY Corp.
memiliki dua divisi (Divisi A dan B) yang dibentuk sebagai pusat laba. Divisi A
menghasilkan suku cadang Q dan dijual di pasar luar sebanyak 10% dan sisanya
ditransfer ke divisi B. Manajer Divisi A dan B sedang mempertimbangkan
penentuan harga transfer suku cadang Q untuk tahun anggaran yad. Menurut
anggaran, divisi A akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1000 unit
dengan taksiran biaya benuh untuk tahun anggaran yad sebagai berikut :
Biaya produksi Rp.
200.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
--------------------
+
TOTAL biaya penuh divisi A Rp. 270.000.000
Total aktiva
yang diperkirakan pada awal tahun anggarna adalah sebesar Rp. 1.000.000.000 dan
laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam ROI = 20%
Tentukan harga
transfer untuk suku cadang Q !
Jawab :
·
Perhitungan Markup :
Biaya
administrasi & umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
Laba yang
diharapkan : 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp.
200.000.000
--------------------
+
Jumlah Rp.
270.000.000
Biaya Produksi Rp.
200.000.000
---------------------
Markup 135%
·
Perhitungan Harga Transfer :
Biaya Produksi Rp.
200.000.000
Markup 135% x
Rp. 200.000.000 Rp.
270.000.000
-------------------- +
Jumlah harga
jual Rp.
470.000.000
Volume produksi 1.000 unit
Harga transfer perunit Rp.
470.000,-
JIKA GUNAKAN PENDEKATAN
VARIABLE COSTING
Biaya Variabel :
Biaya produksi
variable Rp.
150.000.000
Biaya administrasi
umum variable Rp. 10.000.000
Biaya pemasaran
variable Rp. 5.000.000
--------------------
+ Rp. 165.000.000
Biaya Tetap :
Biaya produksi
tetap Rp. 50.000.000
Biaya
administrasi umum teta p Rp. 40.000.000
Biaya pemasaran
tetap Rp. 15.000.000
---------------------
+ Rp. 95.000.000
--------------------
+
TOTAL BIAYA
PENUH Rp. 270.000.000
·
Perhitungan Markup :
Biaya Tetap Rp. 95.000.000
Laba yang
diharapkan 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp.
200.000.000
--------------------
+
Jumlah Rp.
295.000.000
Biaya variable Rp.
165.000.000
-------------------- :
Markup 179%
·
Perhitungan Harga Jual:
Biaya Variabel Rp. 165.000.000
Markup 179% x
165.000.000 Rp.
295.000.000
--------------------
+
Jumlah harga
jual Rp. 460.350.000
Volume produksi 10.000 kg
---------------------
:
Harga jual per kg Rp.
4.600
Kelemahan Penentuan HT atas dasar BIAYA
1.
Biaya penuh divisi penjual akan
diperiksa / disetujui oleh divisi yang terlibat, sehingga bisa saja ada biaya
yang akan ditolak divisi pembeli sebagai biaya yang tidak efisien dan jika
divisi pembeli membeli produk dengan jumlah banyak à minta harga khusus
2.
Sulit untuk menentukan laba /
ROI yang wajar bagi divisi penjual. Apalagi bila sebagian besar produk divisi
penjual dijual ke luar, maka perlu dipisahkan antara biaya untuk penjualan ke
luar dank e dalam (agar divisi penjual bisa menghitung laba yang diperoleh dari
penjualan keluar)
JIKA GUNAKAN PENDEKATAN
ACTIVITY BASED COSTING
Jika activity
based costing dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biaya yang digunakan
sebagai dasar penentuan harga transfer, unsure-unsur yang diperhitungkan dalam
penentuan harga transfer menjadi :
Harga Transfer = Biaya penuh + Laba
![]() |
Berdasarkan :
Unit Level Activity Cost
à jumlah yang diproduksi
Batch Level Activity Cost
à jumlah batch produksi
Product Level Activity
Cost à taksiran jumlah unit produksi
Facility Sustaining
Activity Cost à taksiran unit produksi pd
kap.normal
Yunita Corp.
memiliki dua divisi (A dan B) yang di bentuk sebagai pusat laba. Divisi A menghasilkan
suku cadang Q dan R yang dijual di pasar luar sebanyak 10% dan sisanya
ditransfer ke divisi B. Manajer divisi A dan B sedang mempertimbangkan
penentuan harga transfer suku cadang A untuk tahun anggaran yad. Perusahaan
menggunakan pendekatan activity based costing dalam penentuan biaya penuh.
Menurut anggaran, divisi A direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal
sebanyak 1.000.000 unit suku cadang Q dan 2.000.000 unit suku cadang R.
Suku Cadang Q
|
Suku Cadang R
|
|
Unit Level
Activity Cost
Biaya standar perunit
Batch Related
Activity Cost
Biaya standar per batch
Product
Sustaining Activity Cost
Biaya perunit
Facility
Sustaining Activity Cost
Biaya setahun
|
Rp.
1.500
Rp.
200.000
Rp.
500
Rp.
200.000.000
|
Rp.
2.000
Rp.
150.000
Rp.
300
Rp.
400.000.000
|
Tabel 1 : Data
Activity Costs suku cadang Q dan R
Misalkan divisi
A mentransfer 1000 unit suku cadang Q ke Divisi B dalam bulan Januari 20X1.
Jumlah tersebut diproduksi dalam dua productin run (batch)
Total aktiva
Divisi A yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp. 1.000.000.000 dan laba
yang diharapkan divisi A yang dinyatakan dalam ROI sebesar 22%.
Markup untuk
suku cadang Q dan R didasarkan pada unit level activity cost.
Diminta : Hitung
harga transfer suku cadang Q !
Laba yang
diharapkan 22% x Rp. 1Milyar
Unit Level
Activity Cost :
Suku cadang Q : 1.000.000 x Rp. 1.500
Suku cadang R : 2.000.000 x Rp. 2.000
|
Rp.
220.000.000
Rp.
1.500.000.000
Rp.
4.000.000.000
|
Markup
|
40%
|
Harga transfer
100.000 unit suku cadang Q bulan Januari 200X1 yang dibebankan oleh divisi A
kepada divisi B :
Biaya Penuh:
Unit Level
Activity Cost
100.000 unit x Rp. 1.500
Batch Level
Activity Cost
2 batch x Rp. 200.00
Product Level
Activity Cost
100.000 unit x Rp. 500
Facility Level
Activity Cost
100.000 unit x Rp. 200 à Rp. 200.000.000 : 1.000.000 unit
|
Rp.
150.000.000
Rp. 400.000
Rp. 50.000.000
Rp. 20.000.000
|
Biaya Penuh
suku cadang Q
Markup 40% x
Rp. 150.000.000 (unit Level Activity Cost)
|
Rp.
220.400.000
Rp. 60.000.000
|
Harga Transfer
suku cadang Q (100.000 unit)
|
Rp.
280.400.000
|
MASALAH PENENTUAN SUMBER PENGADAAN (Sourcing Decision)
Contoh Soal :
Divisi X
memproduksi suku cadang A yang dapat dijual di pasar atau ditransfer ke divisi
Y untuk dirakit dengan suku cadang lain menjadi produk yang dijual di pasar
luar perusahaan sebagai produk akhir divisi Y. Harga pasar suku cadang divisi X
dan biaya variable disajikan berikut ini :
Divisi
X
|
|
Harga pasar
suku cadang A jika dijual / kg
Biaya variable
/ kg
Laba
kontribusi / kg
Volume
produksi divisi X setahun
Jumlah laba
kontribusi untuk 20.000 kg produk
|
Rp.
1.500
Rp. 700
-------------
+
Rp. 800
20.000
kg
-------------
x
Rp.
16.000.0000
|
Divisi
Y
|
|
Harga pasar
hasil produk divisi Y / unit
Biaya variable
yang ditambahkan oleh divisi Y
-
Biaya perakitan
-
Biaya pemasaran
|
Rp.
1.700
Rp. 500
Rp. 400
|
HARGA TRANSFER yang sebaiknya ditetapkan untuk suku
cadang divisi X tergantung dari :
1. Jika divisi X beroperasi pada kapasitas penuh à
DIVISI X jual produk ke luar
Divisi
Y
|
||
Harga pasar
Biaya variable
:
-
Dari divisi X
-
Ditambah pada divisi Y
Perakitan Rp. 500
Pemasaran Rp. 400
Kerugian divisi Y jika beli dari divisi X
|
Rp.
1.500
Rp. 900
|
Rp.
1.700
Rp.
2.400
Rp. 700
|
2. Jika divisi
X tidak beroperasi pada kapasitas penuh à DIVISI X jual produk ke divisi Y
tetapi dengan harga Rp. 750,- bukan Rp. 1.500,- à sama-sama untung !
Divisi X
|
Divisi Y
|
|||
Harga transfer
|
Rp.
750
|
|||
Harga pasar
|
Rp.
1.700
|
|||
Biaya variable
:
Divisi X
Dari divisi X
Ditambah dengan divisi Y :
-
Perakitan
-
Pemasaran
|
Rp.
700
|
Rp.
500
Rp.
400
|
Rp.
750
Rp.
900
|
Rp.
1.650
|
Laba kontribusi
|
Rp. 50
|
Rp. 50
|
Kelamahan
penentuan harga transfer atas dasar BIAYA :
- Harus dicapai persetujuan lebih dahulu antar divisi penjual dan pembeli mengenai biaya apa saja yang dapat diterima sebagai dasar penentuan harga transfer.
- Sebenarnya sangat sulit untuk menentukan laba atau ROI yang wajar bagi divisi penjual
- Divisi penjual menjamin akan mandapatkan laba atau ROI seperti
yang telah disetujui divisi pembeli dan penjual à padahal ini menjadi dasar penilaian kinerja divisi penjual.
PENENTUAN TRANSFER PRICE ATAS DASAR HARGA PASAR
Jika produk yang
mau ditransfer punya harga pasar, maka harga pasar dapat dipandang sebagai
dasar yang adil.
Harga pasar
dipandang sebagai Opportunity Cost :
Penjual à Penghasilan yang akan dikorbankan di dalam mentransfer produk
kepada divisi pembeli
Penjual à Biaya yang seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut dibeli dari
luar.
Harga Pasar disini adalah HARGA PASAR MINUS dengan
alasan :
- Kuantitas produk yang ditransfer umumnya cukup besar, sehingga menimbulkan penghematan pada divisi penjual, sehingga terjadi potongan volume (volume discount)
- Dalam transfer barang, divisi penjual tidak mengeluarkan biaya-biaya seperti iklan, promosi, komisi dll
- Juga untuk transfer tidak dibutuhkan biaya penggudangan.
Persentase
|
|
Harga Pasar
DIKURANGI :
Potongan Volume
Biaya Penjualan
Komisi Penjualan
Biaya Penagihan
Biaya Pegudangan
|
100
1.0
12.0
2.0
0.5
5.5
|
Total Biaya
Pengurangan
|
21.0
|
Harga transfer
dalam % dari harga pasar
|
79.0
|
Penyajian penentuan harga transfer dengan metode
market price minus
Kelemahan Harga Pasar :
1.
Tidak semua produk punya harga
pasar
2.
Divisi penjual punya pasar yang
sudah pasti (yaitu divisi pembeli) sehingga keuntungan ini hanya dinikmati oleh
divisi pembeli saja (divisi penjual hanya dituntut harus bisa capai harga
pasar)
3.
Tentukan Harga pasar terkadang
sulit saat harga pasar sangat berfluktuatif
PASAR TERBATAS
Dalam pasar yang
terintegrasi, sourcing decision jadi
sangat terbatas :
- Divisi penjual à kesulitan cari alternative pasar di luar perusahaan bagi produknya
- Divisi pembeli à kesulitan cari alternative pemasok lain di luar perusahaan
Hal ini
disebabkan karena keadaan sbb :
- Jika 1 divisi dalam sebuah perusahaan adalah pemasok tunggal bagi komponen suatu produk, tidak mungkin terdapat kapasitas yang disediakan oleh pemasok luar untuk komponen produk tersebut.
- Jika suatu perusahaan telah putuskan untuk melakukan investasi yang significant dalam 1 fasilitas produksi, kecil kemungkinan perusahaan tersebut menggunakan sumber dari luar perusahaan untuk memenuhi kebutuhan produk, meskipun di luar perusahaan tersedia sumber tersebut à bisa gunakan sumber dari luar perusahaan, asal harga yang ditawarkan oleh pemasok luar mendekati biaya variable perusahaan à sangat jarang terjadi
- Tersedianya kapasitas di dalam perusahaan membatasi penyediaan kapasitas di luar perusahaan…………………………….
HARGA SAING
à Harga produk yang sama dengan produk yang ditransfer, yang berlaku
di pasar luar
à Harga saing lebih baik sebagai harga transfer dibandingkan dengan
harga transfer yang ditetapkan secara intern dalam perusahaan yang
terintegrasi, karena :
- Harga saing mengukur kinerja suatu divisi dalam menghadapi persaingan
- Harga saing tidak terikat oleh kondisi internal perusahaan.
- Harga saing dapat mengukur kontribusi masing-masing divisi terhadap laba perusahaan secara keseluruhan saat kapasitas di dalam perusahaan tidak tersedia, perusahaan harus membeli dari luar pada harga saing. Selisih antara harga saing dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan merupakan uang yang dapat dihemat karena memilih alternative membuat sendiri dibandingkan dengan alternative membeli dari pemasok luar atau sebaliknya.
Cara memperoleh harga saing :
- Melalui tender à perusahaan akan peroleh penawaran harga dari berbagai pemasok
- Harga pasar yang diterbitkan oleh perusahaan lain à dijadikan harga saing, dengan syarat :
Harga tersebut mencerminkan
harga yang benar-benar berlaku dipasar
Kondisi perusahaan yang
terbitkan harga tersebut memiliki kondisi yang sama dengan kondisi yang ada di
perusahaan . Mis :harga ditentukan untuk kapasitas “raksasa” à harus diterapkan di perusahaan yang memproduksi dengan kapasitas
“raksasa” juga.
MASALAH DALAM PENENTUAN HARGA TRANSFER
Setiap harga
transfer akan menjadi biaya variable bagi divisi pembeli, meskipun dari sudut
pandang perusahaan secara keseluruhan, harga transfer tersebut mengandung unsur
biaya tetap dari divisi penjual à JIKA
manajer divisi pembeli melakukan perencanaan laba jangka pendek à usaha optimasi laba jangka pendek yang dilakukan oleh divisi
pembeli tidak selalu berakibat optimasi laba perusahaan secara keseluruhan (hal
ini bisa terjadi jika menggunakan harga transfer perunit.
Untuk divisi
penjual yang menjual seluruh (hampir seluruh) produknya ke divisi lain dalam
perusahaan yang sama, divisi penjual disebut CAPTIVE SUPPLIER à memiliki tanggung jawab pokok pada pengendalian biaya, mutu produk
dan ketepatan jadual produksi dan TIDAK memiliki wewenang yang significant
dalam bidang pemasaran à laba
divisi CAPTIVE SUPPLIER sangat ditentukan oleh volume produk yang dijual à penilaian kinerja SANGAT COCOK di dasarkan atas biaya dibanding
LABA à Pseudo profit center
(pusat laba tidak dalam arti yang sebenarnya) à karena laba divisi penjual sangat ditentukan oleh kinerja divisi
lain.
Untuk memecahkan
masalah yang dihadapi Captive supplier di atas, ada dua alternative yang dapat
dipilih :
- Memperlakukan divisi penjual sebagai pusat biaya à Pjelasan di atas
- Memilih satu dari tiga alternative harga transfer :
Beban tetap bulanan
Pembagian laba
Dua macam harga.
BEBAN TETAP BULANAN
Contoh : Divisi
MIRA mentransfer seluruh produknya ke divisi ADNAN. Struktur biaya divisi MIRA
dalam memproduksi produk adalah sbb:
Biaya variable
perunit Rp. 800.000
Biaya tetap
pertahun Rp. 600.000.000
Investasi dalam
modal kerja dan fasilitas produksi Rp.
2.400.000.000
Tarif kembalian
investasi 10%
Harga transfer
produk divisi MIRA yang ditransfer ke divisi ADNAN dihitung sbb:
- Untuk setiap unit produk yang ditransfer oleh divisi MIRA, Divisi ADNAN dibebani harga sebesar Rp. 800.000 perunit
- Setiap bulan divisi ADNAN dibebani tambahan beban :
(1)
biaya tetap sebesar Rp.
50.000.000 (Rp. 600.000.000 : 12 bulan)
(2)
Laba sebesar Rp. 20.000.000
(10%x Rp. 2.400.000) : 12 bulan
Jika dalam suatu
bulan Divisi MIRA mentransfer 10.000 unit produk ke divisi ADNAN, beban yang
ditanggung oleh divisi ADNAN dalam bulan tersebut dihitung sbb:
Biaya variable 2.000 x Rp. 800.000 Rp. 1.600.000.000
Biaya tetap Rp. 50.000.000
Laba Rp. 20.000.000
----------------------
+
Harga Transfer Rp.
1.670.000.000
à Dengan metode harga transfer beban tetap bulanan, divisi penjual
sebagai captive supplier tidak dipengaruhi kinerjanya oleh volume penjualan
divisi pembeli. Walaupun divisi tidak mentransfer produk ke divisi pembeli à divisi pembeli dijamin SELALU mendapatkan laba.
PEMBAGIAN LABA (Profit
Sharing)
1. Divisi
pembeli dibebani biaya variable standar untuk setiap unit produk yang
ditransfer oleh divisi penjual ke divisi pembeli.
2. Biaya
variable divisi penjual ke divisi pembeli digunakan untuk menghitung biaya
variable kumulatif produk yang selesai diproduksi dan dijual oleh divisi
pembeli
3. Setelah
divisi penjual berhasil menjual produk tersebut ke pasar luar, laba kontribusi
yang diperoleh à dibagi secara adil kepada divisi
penjual dan pembeli.
Contoh : PT.
GINANDA memiliki dua pusat laba : Divisi ANDHIKA dan divisi SUSI. Biaya
variable perunit produk yang dihasilkan sbb:
Divisi ANDHIKA
|
Divisi
SUSI
|
KUMULATIF
|
|
Biaya variable
perunit
Biaya variable
perunit yang ditambah Dalam
divisi SUSI
Biaya variable
perunit kumulatif
|
Rp.
8.000
|
Rp.
5.000
|
Rp.
13.000
|
Misalkan dalam
suatu bulan divisi ANDHIKA mentransfer 1000 unit produk ke divisi SUSI. Laba
kontribusi yang dihasilkan dari penjualan produk yang dilakukan oleh divisi
SUSI dibagi menurut perbandingan proporsi biaya variable masing-masing divisi
dalam total biaya variable produk.
Jika 1000 unit
produk dapat dijual seluruhnya oleh divisi SUSI dengan harga jual Rp.
20.000/unit maka perbandingan laba diperhitungkan sbb :
Hasil
penjualan 1.000 unit x Rp. 20.000
Biaya variable
kumulatif : 1.000 x Rp. 13.000
|
Rp. 20.000.000
Rp. 13.000.000
|
Laba
Kontribusi
|
Rp. 7.000.000
|
Laba bagi
Divisi ANDHIKA : 8/13 x Rp. 7 juta
Laba bagi
Divisi SUSI : 5/13 x Rp. 7 juta
|
Rp. 4.307.692
Rp. 2.692.308
|
Jumlah Laba
yang dibagi
|
Rp. 7.000.000
|
DUA PERANGKAT HARGA (Two Sets of Price)
Dua perangkat
Harga : - Harga Untuk dijual ke luar
-
Harga Untuk dijual ke divisi
lain
Laporan
rugi-laba divisi RINA dan FAIZAL, perusahaan secara keseluruhan :
Divisi RINA
|
Divisi FAIZAL
|
Perusahaan
|
|
Pendapatan
Penjualan
Biaya variable
|
Rp. 11.000.000
Rp. 8.000.000
|
Rp. 18.000.000
Rp. 13.000.000
|
Rp. 29.000.000
Rp. 21.000.000
|
Laba
Kontribusi
Adjustment
|
Rp. 3.000.000
|
Rp. 5.000.000
|
Rp. 8.000.000
Rp. 3.000.000
|
Laba
kontribusi setalah adjustment
|
Rp. 5.000.000
|
Adjustmen
sebagai pengurang laba perusahaan à
Karena Laba Rp. 3.000.000 pada akhirnya telah menjadi biaya saat berada di
divisi pembeli / FAIZAL.
PENGELOLAAN
HARGA TRANSFER
- Negosiaasi Antar divisi
- Arbitrase à hanya jika jalan negosiasi tidak bisa ditempuh.
sumber :
1. http://www.perbanas.org/?pilih=news2&aksi=lihat&id=4
2.dion.staff.gunadarma.ac.id
3.cafe-ekonomi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar