Saat ini kita sudah tahu bahwa untuk Pemilihan Presiden tahun 2014 ada dua pasang calon presiden dan calon wakil presiden. Calon tersebut adalah, tidak sesuai dengan nomor urut (karena memang belum ditentukan nomor urut kedua pasangan calon tersebut saat tulisan ini dibuat), Joko Widodo - Muhammad Jusuf Kalla atau kita sebut saja dengan Jokowi dan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa atau kita sebut saja dengan Prabowo.
Jokowi vs Prabowo.
Jokowi vs Prabowo.
Siapa yang akan menjadi Presiden Republik Indonesia berikutnya? Menurut saya jika Prabowo menang maka keadaan kita sebagai rakyat Indonesia akan sama saja dengan keadaan kita selama 10 tahun terakhir ini. Kenapa saya berpendapat begitu? Karena orang-orang pendukungnya sama saja dengan pendukung pemerintahan 10 tahun terakhir. Hatta Rajasa adalah seorang Mentri di kabinet sebelumnya bahkan besan presiden berkuasa sebelumnya. Partai pendukung pun kebanyakan adalah partai pendukung pemerintahan sebelumnya, walaupun sekarang ada beberapa partai yang berbeda. Jadi bagi anda yang merasa dalam 10 tahun terakhir ini nyaman bagi hidup anda, mungkin memilih Prabowo adalah pilihan yang paling rasional.
Bagaimana bila Jokowi yang menang? Melihat dari tindak-tanduknya selama memimpin Jakarta, maka menurut saya akan banyak perubahan di lingkup kecil dan lokal dalam periode satu-dua tahun pertama. Ingat di Jakarta Jokowi berhasil mengubah bentuk beberapa waduk? Lalu yang fenomenal adalah membenahi Tanah Abang dan kemudian mendirikan kampung deret yang menjadi program unggulannya saat kampanye. Bagi saya yang akan fenomenal jika Jokowi jadi Presiden adalah dia akan menyelesaikan masalah lumpur Sidoarjo. Dalam waktu satu dua tahun pertama pemerintahannya saya rasa masalah lumpur tersebut akan selesai. Entah berapa banyak APBN yang disedot untuk menyelesaikan masalah tersebut namun saya yakin paling tidak terlihat ada progres besar penyelesaian masalah lumpur Sidoarjo yang berlarut-larut. Perubahan kecil tersebut akan terasa besar dampaknya karena disorot media.
Setelah dua tahun masa pemerintahan Jokowi lewat perubahan besar yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tidak kunjung datang. Hidup akan begini-begini saja. Ganti pemimpin tapi kalau aparatnya tidak ganti rasanya sih sama saja. Saya hanya berharap semoga saja tidak ada jabatan yang lebih tinggi lagi yang dikejar Jokowi setelah ini.
Prabowo selama ini diisukan sebagai seorang tentara yang menyalahgunakan kewenangannya dengan kasus penculikan aktivis di tahun 1998. Banyak yang bilang dia bersalah namun yang membela pun tidak sedikit. Tapi faktanya saat itu Prabowo berhenti (atau diberhentikan) dari militer dan menghilang tanpa berita jelas sampai muncul lagi di konvensi Partai Golkar tahun 2004.
Bagaimana bila Jokowi yang menang? Melihat dari tindak-tanduknya selama memimpin Jakarta, maka menurut saya akan banyak perubahan di lingkup kecil dan lokal dalam periode satu-dua tahun pertama. Ingat di Jakarta Jokowi berhasil mengubah bentuk beberapa waduk? Lalu yang fenomenal adalah membenahi Tanah Abang dan kemudian mendirikan kampung deret yang menjadi program unggulannya saat kampanye. Bagi saya yang akan fenomenal jika Jokowi jadi Presiden adalah dia akan menyelesaikan masalah lumpur Sidoarjo. Dalam waktu satu dua tahun pertama pemerintahannya saya rasa masalah lumpur tersebut akan selesai. Entah berapa banyak APBN yang disedot untuk menyelesaikan masalah tersebut namun saya yakin paling tidak terlihat ada progres besar penyelesaian masalah lumpur Sidoarjo yang berlarut-larut. Perubahan kecil tersebut akan terasa besar dampaknya karena disorot media.
Setelah dua tahun masa pemerintahan Jokowi lewat perubahan besar yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tidak kunjung datang. Hidup akan begini-begini saja. Ganti pemimpin tapi kalau aparatnya tidak ganti rasanya sih sama saja. Saya hanya berharap semoga saja tidak ada jabatan yang lebih tinggi lagi yang dikejar Jokowi setelah ini.
Prabowo selama ini diisukan sebagai seorang tentara yang menyalahgunakan kewenangannya dengan kasus penculikan aktivis di tahun 1998. Banyak yang bilang dia bersalah namun yang membela pun tidak sedikit. Tapi faktanya saat itu Prabowo berhenti (atau diberhentikan) dari militer dan menghilang tanpa berita jelas sampai muncul lagi di konvensi Partai Golkar tahun 2004.
Sejak tahun 1998 Prabowo berhenti dari militer. Namun setelah itu masih ada kasus kekerasan militer vs aktivis dengan dibunuhnya Munir. Sampai saat ini belum ada satu pun pejabat tinggi dari militer yang dinyatakan bersalah atas kasus Munir. Itu bukti bahwa setelah Prabowo tidak lagi di militer masih saja ada kekerasan yang disangkakan dari militer. Jadi bukan berarti dengan tidak aktifnya Prabowo di militer lalu militer menjadi anti kekerasan seketika.
Jokowi juga diisukan dengan pencitraan. Walaupun memang benar-benar berat bagi seseorang yang tidak terbiasa melakukan apa yang seperti Jokowi lakukan jika hanya demi pencitraan. Dia masuk-masuk ke got. Dia ke tempat-tempat kumuh. Dia jalan kaki dan naik sepeda. Dia....banyak lagi deh pokoknya.
Jokowi juga diisukan dengan pencitraan. Walaupun memang benar-benar berat bagi seseorang yang tidak terbiasa melakukan apa yang seperti Jokowi lakukan jika hanya demi pencitraan. Dia masuk-masuk ke got. Dia ke tempat-tempat kumuh. Dia jalan kaki dan naik sepeda. Dia....banyak lagi deh pokoknya.
Sosoknya dikenal di seantero Indonesia baru-baru saja, terutama beberapa bulan menjelang pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Tiba-tiba saja sejak saat itu Jokowi muncul ke permukaan dengan Esemka-nya. Prestasinya mungkin bagus saat dia menjadi Walikota Solo. Namun bukankah banyak juga Gubernur dan Bupati yang memiliki prestasi bagus saat menjabat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini? Tapi kenapa hanya Jokowi yang terkenal? Tidak ada yang tahu!
Jadi ingat kejadian kira-kira 10 tahun lalu saat SBY tiba-tiba mundur dari Menko Polkam. Itu adalah titik balik bagi dia sehingga dia dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia. Siapa yang sangka saat itu SBY yang didukung oleh partai yang mendapat suara tidak signifikan akan menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2004-2009? Padahal saat itu lawan-lawan SBY di Pemilihan Presiden 2004 bukanlah nama-nama sembarangan. Megawati, Wiranto, Amien Rais dan Hamzah Haz. Empat orang lawan yang memegang jabatan tinggi dan tertinggi saat itu. Dia yang tidak diperhitungkan saat itu tiba-tiba melejit menjadi nomor satu dan berhasil menjadi presiden selama dua periode berturut-turut.
Sampai dengan dua tahun lalu orang berpikir bahwa dalam pemilihan presiden 2014 akan terjadi pertarungan ketat antara Prabowo dan Aburizal Bakrie atau Ical. Prabowo dari sejak tahun 2009 sudah memproklamirkan diri menjadi calon presiden. Ical pun semenjak dipilih oleh partainya jadi ketua umum sudah diamanahkan untuk menjadi presiden oleh partainya. Dua orang ini terus menerus menempati posisi yang tinggi di survey-survey yang dilakukan oleh lembaga survey baik yang netral ataupun bayaran. Iklannya menghiasi media-media nasional, baik di televisi, spanduk ataupun media cetak. Namun setelah Jokowi berhasil menjadi Gubernur DKI dan melihat prestasinya di DKI dalam hanya beberapa bulan pemerintahannya, nama Jokowi tiba-tiba melonjak menjadi nomor satu di setiap survey yang dilansir media-media. Bahkan dua kandidat kuat sebelumnya tiba-tiba tercecer jauh dari kepopuleran Jokowi yang begitu cepat naik.
Dari sisi visi misi kedua calon presiden saya lihat secara sekilas kalau visi misi Prabowo lebih spesifik namun melihat perkembangan kita selama 16 tahun reformasi rasanya target-targetnya agak muluk-muluk, misalnya pembagian susu untuk rakyat miskin. Wong sapi aja masih impor kok bisa-bisanya kasih susu ke rakyat miskin? Susu dari mana? Impor juga? hehehehe.
Visi misi Jokowi lebih umum dan tidak jelas tindakan yang akan dilakukannya, mirip seperti saat dia mau menjadi Gubernur DKI. Bagi yang ingat janji Jokowi saat kampanye Gubernur DKI terlihat bahwa satu-satunya tindakan yang sesuai saat ini hanya pembangunan kampung deret. Revitalisasi Waduk dan pembenahan Tanah Abang tidak pernah sekalipun terlontar dari Jokowi ataupun tim suksesnya saat kampanye, namun itulah yang saat ini menjadi perbincangan berbagai pihak karena memang hasilnya terlihat dan dibesarkan sebesar-besarnya oleh media kita.
Dari sisi agama keduanya memang memeluk Agama Islam. Namun dari sumber-sumber yang beredar selama ini tidak ada dari keduanya yang mendalami Islam secara lengkap. Jokowi pernah diisukan salah gerakan saat melakukan Wudhu. Prabowo malah pernah minta seorang wanita untuk menjadi Imam Shalat. Hal-hal dasar dalam Islam yang seharusnya diketahui oleh orang yang Islam abangan sekalipun. Benar atau tidaknya berita-berita tersebut mengindikasikan bahwa kedua calon presiden kita saat ini memang bukan orang yang ilmu agamanya kuat, bahkan dapat dibilang bahwa keduanya lebih menjadikan Islam sebagai status daripada sebagai pedoman hidupnya. Saya yakin tidak ada satu pun capres yang hafal Al-Qur'an 30 juz.
Satu hal yang menarik dari Jokowi sebagai salah seorang capres adalah kemampuannya dalam melakukan stand up comedy. Waktu kampanye Gubernur DKI, Jokowi sempat melakukan stand up comedy di depan para pendukungnya. Beberapa hari yang lalu di Denpasar pun Jokowi melakukan stand up comedy pula. Sebelumnya di acara Partai Nasdem Jokowi pun melakukan stand up comedy yang sama. Jika memang Jokowi jadi Presiden, mungkin ini adalah presiden pertama kita yang ahli stand up comedy. Komedi yang benar-benar lucu dan membuat yang mendengar tertawa tanpa dibuat-buat seperti presiden-presiden sebelumnya yang mencoba melucu dan penontonnya tertawa padahal tidak ada lucu-lucunya.
Yang hebat dari Prabowo adalah kemampuannya menguasai beberapa bahasa asing. Menurut sumber yang saya baca bahasa asing yang dikuasai Prabowo adalah Inggris, Jerman dan Perancis. Walaupun mampu berbicara dalam tiga bahasa asing, tapi menurut saya cara pidato Prabowo masih jauh dari kesan yang cas cis cus. Masih ada kata-kata ng...., ah....., ehm..... dalam setiap pidato atau pernyataannya yang tanpa teks. Mungkin dapat terlihat siapa yang lebih unggul dalam hal pidato atau berbicara di depan publik saat debat presiden nanti.
Bagi yang menginginkan perubahan, mungkin Jokowi dapat dijadikan pilihan, walaupun saya yakin perubahan tersebut hanya bersifat kecil dan lokal (namun besar karena peran media) dan hanya berlangsung satu dua tahun pertama masa pemerintahannya. Bagi yang senang dengan kondisi sekarang, lebih baik Prabowo saja yang dipilih, toh orang-orang di pucuk pemerintahan nantinya bakal itu-itu saja.
Bagi yang senang dengan capres militer, ya pilih Prabowo. Yang gak senang ya pilih Jokowi.
Bagi yang masih senang terbuai pencitraan, ya pilih Jokowi. Bagi yang muak dan kapok dengan pencitraan, ya pilih Prabowo.
Bagi yang fanatik dengan agama Islam, ya pilih yang paling banyak didukung ormas atau partai Islam. Prabowo lebih banyak didukung oleh yang memiliki basis Islam. Jokowi lebih banyak didukung oleh yang berbasis non-muslim.
Bagi yang beranggapan bahwa presiden terpilih dan kroni-kroninya nanti bebas korupsi, rasanya salah alamat. Bukan Indonesia namanya kalau pusat kekuasaannya bukan jadi sarang korupsi. Tapi apakah si presiden yang korupsi atau tidak, tidak ada yang tahu. Tapi pastinya akan ada saja yang korupsi di pusat kekuasaan.
Bagi yang mau golput juga ok kok. Tapi bagi saya golput itu terlalu mudah untuk dilakukan. Golput kan tidak melakukan apa pun, mudah bukan? Tidak melakukan apa pun juga bisa disebut telah menentukan pilihan.
Bagi saya, siapa pun yang menang saya berharap agar hidup kita sebagai bangsa Indonesia menjadi lebih mudah. Lebih mudah bukan berarti lebih murah. Lebih mudah artinya kita mendapatkan barang dan jasa dengan harga yang sepadan (kalau bisa murah dan terjangkau) dan ketersediaannya jelas. Jika memang lebih mahal berarti ada kompensasi berupa alternatif yang lebih terjangkau dan tidak menyulitkan. Jika lebih ketat mohon dibukakan insentif yang jelas sehingga mudah untuk diikuti dan dijalani.
Selamat memilih dalam Pemilihan Presiden 2014. Semoga yang terbaik menang. Semoga yang menang jadi yang terbaik bagi Indonesia sampai 2019 nanti!
Jadi ingat kejadian kira-kira 10 tahun lalu saat SBY tiba-tiba mundur dari Menko Polkam. Itu adalah titik balik bagi dia sehingga dia dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia. Siapa yang sangka saat itu SBY yang didukung oleh partai yang mendapat suara tidak signifikan akan menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2004-2009? Padahal saat itu lawan-lawan SBY di Pemilihan Presiden 2004 bukanlah nama-nama sembarangan. Megawati, Wiranto, Amien Rais dan Hamzah Haz. Empat orang lawan yang memegang jabatan tinggi dan tertinggi saat itu. Dia yang tidak diperhitungkan saat itu tiba-tiba melejit menjadi nomor satu dan berhasil menjadi presiden selama dua periode berturut-turut.
Sampai dengan dua tahun lalu orang berpikir bahwa dalam pemilihan presiden 2014 akan terjadi pertarungan ketat antara Prabowo dan Aburizal Bakrie atau Ical. Prabowo dari sejak tahun 2009 sudah memproklamirkan diri menjadi calon presiden. Ical pun semenjak dipilih oleh partainya jadi ketua umum sudah diamanahkan untuk menjadi presiden oleh partainya. Dua orang ini terus menerus menempati posisi yang tinggi di survey-survey yang dilakukan oleh lembaga survey baik yang netral ataupun bayaran. Iklannya menghiasi media-media nasional, baik di televisi, spanduk ataupun media cetak. Namun setelah Jokowi berhasil menjadi Gubernur DKI dan melihat prestasinya di DKI dalam hanya beberapa bulan pemerintahannya, nama Jokowi tiba-tiba melonjak menjadi nomor satu di setiap survey yang dilansir media-media. Bahkan dua kandidat kuat sebelumnya tiba-tiba tercecer jauh dari kepopuleran Jokowi yang begitu cepat naik.
Dari sisi visi misi kedua calon presiden saya lihat secara sekilas kalau visi misi Prabowo lebih spesifik namun melihat perkembangan kita selama 16 tahun reformasi rasanya target-targetnya agak muluk-muluk, misalnya pembagian susu untuk rakyat miskin. Wong sapi aja masih impor kok bisa-bisanya kasih susu ke rakyat miskin? Susu dari mana? Impor juga? hehehehe.
Visi misi Jokowi lebih umum dan tidak jelas tindakan yang akan dilakukannya, mirip seperti saat dia mau menjadi Gubernur DKI. Bagi yang ingat janji Jokowi saat kampanye Gubernur DKI terlihat bahwa satu-satunya tindakan yang sesuai saat ini hanya pembangunan kampung deret. Revitalisasi Waduk dan pembenahan Tanah Abang tidak pernah sekalipun terlontar dari Jokowi ataupun tim suksesnya saat kampanye, namun itulah yang saat ini menjadi perbincangan berbagai pihak karena memang hasilnya terlihat dan dibesarkan sebesar-besarnya oleh media kita.
Dari sisi agama keduanya memang memeluk Agama Islam. Namun dari sumber-sumber yang beredar selama ini tidak ada dari keduanya yang mendalami Islam secara lengkap. Jokowi pernah diisukan salah gerakan saat melakukan Wudhu. Prabowo malah pernah minta seorang wanita untuk menjadi Imam Shalat. Hal-hal dasar dalam Islam yang seharusnya diketahui oleh orang yang Islam abangan sekalipun. Benar atau tidaknya berita-berita tersebut mengindikasikan bahwa kedua calon presiden kita saat ini memang bukan orang yang ilmu agamanya kuat, bahkan dapat dibilang bahwa keduanya lebih menjadikan Islam sebagai status daripada sebagai pedoman hidupnya. Saya yakin tidak ada satu pun capres yang hafal Al-Qur'an 30 juz.
Satu hal yang menarik dari Jokowi sebagai salah seorang capres adalah kemampuannya dalam melakukan stand up comedy. Waktu kampanye Gubernur DKI, Jokowi sempat melakukan stand up comedy di depan para pendukungnya. Beberapa hari yang lalu di Denpasar pun Jokowi melakukan stand up comedy pula. Sebelumnya di acara Partai Nasdem Jokowi pun melakukan stand up comedy yang sama. Jika memang Jokowi jadi Presiden, mungkin ini adalah presiden pertama kita yang ahli stand up comedy. Komedi yang benar-benar lucu dan membuat yang mendengar tertawa tanpa dibuat-buat seperti presiden-presiden sebelumnya yang mencoba melucu dan penontonnya tertawa padahal tidak ada lucu-lucunya.
Yang hebat dari Prabowo adalah kemampuannya menguasai beberapa bahasa asing. Menurut sumber yang saya baca bahasa asing yang dikuasai Prabowo adalah Inggris, Jerman dan Perancis. Walaupun mampu berbicara dalam tiga bahasa asing, tapi menurut saya cara pidato Prabowo masih jauh dari kesan yang cas cis cus. Masih ada kata-kata ng...., ah....., ehm..... dalam setiap pidato atau pernyataannya yang tanpa teks. Mungkin dapat terlihat siapa yang lebih unggul dalam hal pidato atau berbicara di depan publik saat debat presiden nanti.
Bagi yang menginginkan perubahan, mungkin Jokowi dapat dijadikan pilihan, walaupun saya yakin perubahan tersebut hanya bersifat kecil dan lokal (namun besar karena peran media) dan hanya berlangsung satu dua tahun pertama masa pemerintahannya. Bagi yang senang dengan kondisi sekarang, lebih baik Prabowo saja yang dipilih, toh orang-orang di pucuk pemerintahan nantinya bakal itu-itu saja.
Bagi yang senang dengan capres militer, ya pilih Prabowo. Yang gak senang ya pilih Jokowi.
Bagi yang masih senang terbuai pencitraan, ya pilih Jokowi. Bagi yang muak dan kapok dengan pencitraan, ya pilih Prabowo.
Bagi yang fanatik dengan agama Islam, ya pilih yang paling banyak didukung ormas atau partai Islam. Prabowo lebih banyak didukung oleh yang memiliki basis Islam. Jokowi lebih banyak didukung oleh yang berbasis non-muslim.
Bagi yang beranggapan bahwa presiden terpilih dan kroni-kroninya nanti bebas korupsi, rasanya salah alamat. Bukan Indonesia namanya kalau pusat kekuasaannya bukan jadi sarang korupsi. Tapi apakah si presiden yang korupsi atau tidak, tidak ada yang tahu. Tapi pastinya akan ada saja yang korupsi di pusat kekuasaan.
Bagi yang mau golput juga ok kok. Tapi bagi saya golput itu terlalu mudah untuk dilakukan. Golput kan tidak melakukan apa pun, mudah bukan? Tidak melakukan apa pun juga bisa disebut telah menentukan pilihan.
Bagi saya, siapa pun yang menang saya berharap agar hidup kita sebagai bangsa Indonesia menjadi lebih mudah. Lebih mudah bukan berarti lebih murah. Lebih mudah artinya kita mendapatkan barang dan jasa dengan harga yang sepadan (kalau bisa murah dan terjangkau) dan ketersediaannya jelas. Jika memang lebih mahal berarti ada kompensasi berupa alternatif yang lebih terjangkau dan tidak menyulitkan. Jika lebih ketat mohon dibukakan insentif yang jelas sehingga mudah untuk diikuti dan dijalani.
Selamat memilih dalam Pemilihan Presiden 2014. Semoga yang terbaik menang. Semoga yang menang jadi yang terbaik bagi Indonesia sampai 2019 nanti!
sumber :
http://plibaknikmatstrelak.com/index.php/opini/ideas/342-my-view-regarding-pilpres-2014